Swedia Merasa Dipersulit Turki untuk Gabung NATO

Swedia Merasa Dipersulit Turki untuk Gabung NATO

Pemerintah Swedia sedang merasa dipersulit oleh Turki dalam upayanya untuk bergabung ke dalam aliansi militer NATO. Perdana Menteri (PM) Swedia Ulf Kristersson menjelaskan permintaan dari Ankara begitu banyak sekali dan terbilang mustahil untuk memenuhi segala syarat yang diajukan.

Sebagai informasi, Finlandia dan Swedia sudah mengajukan permohonan untuk menjadi anggota NATO pasca Rusia melancarkan serangan ke Ukraina.

Keanggotan baru aliansi tersebut bisa saja diterima apabila disetujui oleh semua anggota, yang sekarang ini mencapai 30 negara, termasuk Turki di dalamnya.

‘’Turki sama – sama menegaskan bahwa kami ini telah melakukan apa yang kami katakan bakal segera kami lakukan, namun mereka pun menjelaskan bahwa mereka menginginkan hal – hal yang tidak bisa atau tidak ingin kami berikan kepada mereka,’’ ungkap PM Kristersson pada hari Minggu selama konferensi keamanan berlangsung.

Swedia dan Finlandia pun sudah menandatangani perjanjian tiga arah dengan Turki pada tahun 2022 lalu, yang mana bertujuan untuk mengatasi keberatan dari Ankara pada keanggotaan mereka di NATO (Organisasi Perjanjian Atlantik Utara).

Turki Masih Keras Menolak Swedia Bergabung dengan NATO

Turki juga pernah menyampaikan keberatan atas keanggotaan kepada dua negara Nordik tersebut dan menuduh mereka menyembunyikan para pemberontak Kurdi.

Ankara juga menolak untuk menyetujui keanggotan Finlandia dan Swedia di NATO hingga kedua negara tersebut mengambil langkah – langkah yang menginginkan, termasuk pula bergabung dengan Turki untuk melawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang jelas dilarang, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Swedia sendiri ternyata mempunyai hubungan yang kuat sekali dengan diaspora Kurdi, yang sudah menjadi titik bentrok antar kedua negara tersebut. Turki pula meminta ekstradisi orang – orang yang dianggap oleh Turki sebagai teroris.

Pada bulan Desember lalu, Mahkamah Agung Swedia memblokir ekstradisi jurnalis Turki yang diasingkan, Bulent Kenes, yang mana merupakan permintaan utama dari Ankara guna meratifikasi keanggotaan NATO di Stockholm. Turki juga menuduh Kenes terlibat ke dalam upaya kudeta 2016 untuk menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Lalu, Turki pun sedang berusaha mengekstradisikan 33 tersangka milisi Kurdi dan juga tersangka upaya kudeta dari Finlandia dan juga Swedia. Pada akhir bulan Desember lalu, Turki juga telah memuji Swedia disebabkan langsung menanggapi masalah keamanannya, namun menekankan lebih banyak yang diperlukan guna memenangkan dukungan penuh dari Ankara guna tawaran menjadi anggota NATO yang terhenti di Stockholm.

Hungaria Ikut Merasa Keberatan

Untuk sekarang ini, hanya ada Turki dan Hungaria saja di antara 30 negara – negara anggota NATO yang belum menyetujui keanggotaan dari kedua negara tersebut. Viktor Orban selaku Perdana Menteri Hungaria pun menjelaskan Parlemen bakal segera menyetujui tawaran aksesi dari Swedia dan Finlandia, meninggalkan Turki yang sebagai satu – satunya rintangan mesti segera diatasi.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg pun menjelaskan ia mengharapkan Finlandia dan Swedia untuk segera bergabung ke dalam aliansi tersebut paling cepat pada tahun ini, mengakui bahwa keputusan tersebut tetap bergantung pada Parlemen Hungaria dan juga Turki.

‘’Saya juga berharap (aksesi tersebut bakal dilakukan pada tahun 2023 mendatang), namun saya tidak akan menjamin tanggal berapa pastinya, sebab tentu saja itu merupakan  keputusan berdaulat dari Parlemen Turki dan Hungaria, yang belum meratifikasi perjanjian tersebut,’’ ungkap Stoltenberg, seperti yang dikutip dari Al Jazeera, pada hari Senin.