Memilih Whatsapp, Telegram atau Signal
Ada begitu banyak jenis aplikasi perpesanan di play store maupun apps store. Namun, diantara sekian banyak, ada tiga diantaranya yang memiliki fitur serta tampilan simple namun dilengkapi dengan enkripsi dari ujung ke ujung (end to end encryption). Setelah beberapa waktu lalu Whatsapp mengumumkan kebijakan privasi, dua aplikasi muncul sebagai opsi. Pengguna dapat memilih, Whatsapp, Telegram atau Signal sebagai aplikasi perpesanan mereka.
Aplikasi WhatsApp menawakan sejumlah fitur keamanan yang menguntungkan penggunanya. Mulai dari otentikasi dua langkah (2FA) serta PIN dan sidik jari untuk membuka percakapan sehingga mencegah tangan jahil membuka aplikasi WhatsApp tanpa seizin pemiliknya.
Menurut catatan dari Tech Radar, WhatsApp menggunakan sistem enkripsi Signal Protocol yang mana dikembangkan oleh Open Whisper System. Kriptografis dari protokol tersebut bersifat open-source yang artinya dapat dikembangkan oleh developer manapun.
Protokol ini telah lolos peer-reviewed oleh para peneliti keamanan. WhatsApp menyimpan seluruh pesan penggunanya dalam sebuah server yang “digembok”. Akan tetapi semua pesan hanya tersimpan selama 30 hari setelah diterima dan akan dihapus setelahnya.
Enkripsi WhatsApp terpasang secara default, sehingga pengguna tak perlu repot mengaturnya. Sistem enkripsi berlaku untuk perpesanan teks, audio, video call, maupun WhatsApp Web. Akan tetapi tidak berlaku ketika pengguna melakukan backup, baik ke penyimpanan lokal maupun cloud. Dampaknya, cadangan chat akan lebih rentan untuk dicuri.
Telegram
Telegram juga memiliki fitur keamanan verifikasi dua langkah seperti halnya Whatsapp. Namun dari sisi enkripsi, Telegram mempergunakan sistem enkripsi yang berbeda. Aplikasi ini menggunakan sistem enkripsi MTProto yang dikembangkannya sendiri. Protokol ini diyakini lebih tangguh dan anti bobol.
Sistem enksripsinya hanya melindungi chat yang dikirim dan diterima lewat fitur Secret Chat atau Chat Rahasia. Pesan di Secret Chat hanyadapat dibaca oleh perangkat yang digunakan untuk mengirimkan pesan. Ini berarti isi chat tidak dapat dibaca apabila pindah ke perangkat lain meskipun menggunakan akun yang sama.
MTProto pada Telegram bersifat close-source, sehingga hanya dapat diakses oleh tim Telegram, dan hanya mereka yang memiliki “kunci” dekripsi.
Fitur keamanan lain pada Telegram adalah notifikasi ketika ada percakapan di secret chat di-screenshot (tangkapan layar) orang lain. Fitur inilah yang tidak dimiliki WhatsApp maupun Signal.
Untuk percakapan di luar secret chat, Telegram menggunakan client-server encryption, yang hanya akan mentranskripsi pesan, ketika masih di perangkat saja. Ketika pesan sampai di server Telegram, pesan tersebut akan terdekripsi.
Signal
Aplikasi ini dapat dikatakan paing unggul dalam hal sistem keamanan. Signal menggunakan Signal Protocol, seperti halnya Whatsapp sebagai sistem keamanannya.
Menurut informasi dari Forbes yang membandingkan metadata dari beberapa aplikasi chatting, Signal tidak menghimpun data apa pun dari penggunanya. Hal ini jauh berbeda dari metadata yang dihimpun oleh WhatsApp dan Facebook Messenger.
Signal menambah keamanan aplikasinya dengan fitur enkripsi yang lebih canggih bernama Sealed Sender. Fitur ini mencegah siapa pun, termasuk tim internal Signal, mengetahui siapa pengirim ataupun penerima pesan.
Terdapat juga fitur PIN dan biometrik, untuk mencegah tangan jahil membuka aplikasi Signal. Satu fitur lain yang cukup penting, yakni pilihan untuk mencegah percakapan di-screenshot. Pengguna juga dapat mengaktifkan fitur incognito keyboard sehingga mencegah machine learning mempelajari apa yang pernah Anda ketik.
Tidak suka status online muncul? Signal menawarkan hal tersebut. Pengguna Signal bisa menyembunyikan status online mereka.
Kesimpulan
Dari segi privasi dan keamanan, dapat disimpulkan bahwa Signal lebih unggul dibanding kompetitornya. Meskipun tidak banyak fitur menarik seperti video call atau status dan story pada Whatsapp, Telegram menawarkan fitur privasi dan keamanan data pengguna yang lebih secure.